Sabtu, 22 Agustus 2015

Tsunami

Aku terbangun
Aku terbangun oleh mimpi buruk. Dalam mimpi itu aku berlari tanpa tujuan. Aku diantara ular-ular yang berjatuhan banyak sekali dari langit. Aku terus saja berlari tanpa arah asal terhindar dari ular yang terus saja berjatuhan dari langit. Seolah aku tidak punya lelah, berbagai medan aku tempuh hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah panah. Panah aku tembakkan kearah langit dan bam!!! Terjadilah sebuah ledakan maha dahsyat. Ledakan itu berasal dari dua gunung berapi. Keduanya seperti berperang meletupkan api dari kawah masing-masing. Aku terbengong dan seketika daratanku berubah menjadi api. Aku menginjak api tapi tidak panas. Aku berjalan menyusuri api menuju kearah terbitnya matahari. Tapi apa yang kudapati pada arah tersebut? Sebuah perwujudan bulan turun dari langit besar sekali ada dihadapanku. Aku memandangi bulan tersebut lalu tiba-tiba, seorang wanita berjubah putih dengan air mengalir di kakinya mendekatiku. Aku seperti terlempar ke dimensi lain dan lalu berbincang berdua dengannya. Entah siapa dia entah apa yang kami obrolkan dia lalu menghilang diantara lonceng-lonceng besar di hadapan kami. Suasana menjadi hening, sekitaranku berubah menjadi kabut dan aku melamun panjang. Gelegar petir di alam mimpi membuatku bangun dengan payah dari tidur. Mukaku kucel, dadaku berdebar. Apa yang barusan aku impikan?
Aku menyeduh teh
Setelah membalas senyum darimu melalui pesan singkat, aku lalu beranjak menuju dapur. Aku ambil teh dan gula lalu aku racik pada sebuah gelas dengan air panas cukup untuk melarutkan teh dan gula. Aku bawa teh ke teras yang menghadap mentari. Aku baca buku novel penghantar imaji ke dunia lain. Sesekali aku balas pesan yang masuk melalui pesan singkat dari siapapun yang masuk. Dan hanya dalam waktu singkat aku berhasil masuk ke dalam dunia lain. Aku melihat sosokmu itu berada disampingku samar-samar. Kita hanya berdua di dunia ini. Menikmati berbagai keindahan yang disajikan dunia. Disaksikan ranumnya matahari pukul enam kita bercumbu dan saling menikmati rasa di sebuah tepian padang rumput. Kau begitu indah. Kau seperti tsunami dengan hantaman-hantaman rasa mengasihi tanpa kenal ampun. Menerjang seluruh pertahananku yang terbuat dari batu karang keras. Kau hancurkan aku, aku leburkan aku, kau luluhkan aku dan kau larutkan aku ke dalam alam bawah sadarmu. Betapa payahnya aku berada di hadapan seorang engkau yang diandaikan tidak kalah wangi dari sekar melati, tidak kalah indah dari bunga tulip dan tidak kalah eksotis dari merahnya mawar. Aku berkali-kali memujamu sebagai dewi sarasvati. Bayanganmu tak mau beranjak hingga sebuah suara memecah keheningan pagi, "Boyak kamarmu diberesin dulu!!!!"

Oleh: Tambara Boyack, 20 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar