Jumat, 28 Agustus 2015

Mundur Perlahan

Sudah Begitu banyak pertanyaan yang aku ajukan kepada Tuhan, kupikir aku harus kembali jujur atas pertanyaan yang kusampaikan kepada Tuhan lewat doa-doaku, bahwa aku agaknya tidak sanggup atas situasi dan kondisi ini sebagai jawaban atas pertanyaan itu.  kenapa  harus takut ? bukankah kau sudah pernah melewati situasi seperti ini ? sudahlah lupakan.. 
Rasanya belum puas jika aku hanya bertanya kepada Tuhan. Aku juga harus bertanya kepadamu banyak yang ingin aku tanyakan, tapi aku takut, takut juga tidak sanggup. aku takut mendengar jawabanmu.
Saat senja, aku bercerita banyak pada Matahari yang hampir terbenam, dan aku memutuskan untuk membiarkan hatiku bertahan. tapi langkah untuk memperjuangkanmu mundur perlahan.
Kupikir semua sudah terjawab, tanpa aku harus bertanya kepada Tuhan dan kepada dirimu, aku bisa merasakan jawabannya. biarlah setidaknya aku pernah merasakan kemerdekaanku bersamamu. Jika nantinya kamu membaca ini? apa yang akan kamu katakan? jangan mengiba, aku tahu.
Aku berharap setelah ini kita tampil seperti biasa, seperti yang sering kau katakan bahwa aku hanyalah seorang teman.Mungkin sebaiknya aku menjalani ini, kita cukup berteman saja.
Terimakasihku padamu, kau mampu berikanku kekuatan, berikanku harapan namun walau tidak dengan keyakinan. Setidaknya aku perlu sebuah ketegasan untuk kebersamaan. tapi cukup, aku sudah merasakan hal yang berbeda saat bersamamu, aku tak ingin berharap terlalu jauh karena aku tau kau tak menginginkan rasaku ini juga terlalu jauh. Dan aku sadar, kau tidak akan pernah mampu memohon, meminta dariku menjalani semua ini denganmu.
ah.. Kepalaku selalu berfikir menggunakan pola tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri bukan? Karena secerdas-cerdasnya otak tidak mungkin bisa dipakai untuk mengerti, maka aku akan mulai mendengarkan kata hatiku,  aku dan kau sadar bahwa  hati tak pernah memilih tapi dipilih, karena hati tidak perlu memilih, hati selalu tahu kemana harus berlabuh. Mungkin hatiku tidak dipilih dan hatiku tidak berlabuh padamu maka aku harus mundur perlahan.
Aku bisa saja memintamu, namun Jika aku yg harus meminta itu bukan lagi jadi ketulusan kebersamaan, tapi hanya akan jadi keterikatan karena satu permintaan.
kita harus sadar  hidup ini sudah diatur, kita hanya tinggal melangkah. Sebingung dan sesakit apapun semua sudah disiapkan bagi kita. Kita tinggal merasakan saja dan kita pasti tahu jawabanya begitu juga denganmu. Apakah kamu untukku atau untuk orang lain karena pada akhirnya tidak ada yang bisa memaksa tidak juga dengan janji atau kesetiaan. maaf untuk sebuah perasaan yang terlanjur timbul..
Tenang saja Aku sudah siap mundur, itu artinya aku akan sedikit menjauh, tapi aku yakin, kamu tak akan pernah lupa kalo kita pernah sedekat ini.
Untuk kamu yang ingin selalu melaju kedepan, aku sudah lelah mengejar hatimu. Cukup aku menjaga jarak aman dengan perlahan memindah gigi perseneling ke gigi R. Reverse semua sejarahku, dan melupakan bahwa dulu kita pernah menjadi sepasang kekasih. Aku akan tetap melihatmu di jarak ini. Menunggu rindu hingga suatu saat kau pasti akan melampiaskan rindumu kepadaku, iya kan?

Oleh: Tambara Boyack, 20 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar