Sabtu, 01 Oktober 2016

Persepsi

      Beberapa hari terakhir, disela-sela rutinitas ada kebiasaan yang aneh adanya. Dimulai dari pembahasan tentang wanita lalu mulai menjurus pada akhirnya membahas diriku yang masih menyendiri, lalu apa salahnya?

      Tidak semua orang mempunyai alasan yang sama untuk hal yang sama apalagi tentang masalah percintaan. Memilih pasangan memang bukan hal yang mudah. Atas dasar kisah pilu masa lalu aku masih belum membuka diri kepada sosok yang aku anggap pantas menjadi pendamping hidupku kelak. Men, pasangan hidup dan paling tidak akan bersama selama 50 tahun. Tidak semudah menurutku yang teman-temanku bilang. Mereka memang benar, tentang apa yang mereka katakan tentang “mencari pasangan hidup” itu dan mereka juga pernah mengalami pahit getir sebelum mencapai pelaminan jua. Tapi apa harus disamakan denganku? Menurutku aku mempunyai jalan yang sangat berbeda. Memang untuk masalah seperti ini aku sangat tertutup dan berhati-hati kepada siapapun. Aku tidak boleh salah melangkah lagi. Aku harus bisa mengatur ritme bercinta yang tepat karena pada masa lalu aku pernah mengalami masa buruk yang kalau diceritakan kalian pasti tidak pernah percaya.

      Seperti yang orang bilang, aku adalah pengarang cerita fiksi terbaik tentang masalah pribadi. Aku merasa asing diantara banyak orang. Aku memang seorang penyendiri unggul diantara ramainya khalayak di sekelilingku. That’s way, aku kadang tertawa ketika mereka menertawakan diriku. Dalam hati mereka itu begitu fana melihat diriku, mereka itu melihat sesuatu hanya dari sampulnya saja. Dan tertawanya mereka hanya sebatas kesalahan persepsi semata.  Tidaklah buruk bagi seseorang untuk bersikap menyendiri dan tertutup. Terlalu vulgar dan erotis untuk membuka apa yang ada di dalam diri kita seakan kita adalah bintang video porno yang sedang telanjang dan disaksikan oleh khalayak ramai.

      Mengenai pasangan hidup, aku masih belum mau membuka kepada siapa aku harus menjatuhkan pilihan yang ada sekarang. Lalu ketika ada teman yang menawarkan pilihan jawabanku adalah, “aku sudah terlalu pusing memilih untuk siapa dan bersama siapa aku kelak?” biarkanlah mereka mengatakan apa saja yang mereka bisa. Lalu aku hanya bisa diam melihat tingkah laku mereka. Semua itu akan berlalu sangat cepat atau bisa saja melambat pelan perlahan. Persepsi liar yang aku biarkan akan hilang atau malah bisa berkembang membesar. Dan bahwa segala kemungkinan akan terbelah menjadi dua antara iya atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kadang mengiyakan akan lebih sulit daripada membiarkan liar. Aku memilih  untuk membiarkan liar segala persepsi yang ada lalu dengan aku mengiyakan dengan seenak hatiku sendiri.

      Seperti seorang dj bernama marshmello, “kesendirian bukanlah akhir dunia.” Dalam sebuah lagu dia bisa membuktikan bahwa kesendirian tidak menghalangi kita untuk berkarya dan mempunyai banyak sahabat. Justru dengan kesendirian dia tidak merasa terkekang oleh keadaan. Persepsi bahwa seorang penyendiri akan sulit untuk hidup aku kira kini sudah mentah.
Aku bahkan sering dianggap aneh sama teman-temanku. Sebatas celana jeans aja mereka komennya panjang sampai hampir berdebat. Celana jeans emang ga boleh dicuci, lalu mereka salah kaprah menganggapku aneh dan menjijikan. Dalam merawat segala hal memang aku terlihat kotor, konyol dan menjijikan tapi persepsi mereka kembali mentah ketika aku hanya mengusap sepatuku dengan air liur atau setetes air bersih. Mereka kembali berkomentar bahwa hal yang aku lakukan kembali menjijikan. Bukankah aku mempraktekan hal yang benar secara teori? Mereka saja yang selalu menganggapku salah, dan lalu aku biarkan aku iyakan. Aku akan selalu melakukan apapun yang aku anggap benar dan jika salah aku akan segera memperbaiki kesalahan tersebut tanpa harus berbicara banyak.

      Jadi, jangan samakan orang lain seperti kita. Hargai semua teman, semua orang dan siapapun karena setiap orang adalah ciptaan tuhan.

Dewasa? Belum saatnya.


Tambara boyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar