Sabtu, 24 Oktober 2015

Panjang Tangan

      Cukup jauh, iya lumayan jauh walau tidak sejauh jika aku berada di bulan dan kamu masih di bumi. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu sendiri disitu. Kita masih seperti dulu, El. Mencintaimu adalah sebuah berkat tuhan begitu nikmat. Pantas saja aku selalu merindukanmu. Aku sangat beruntung bisa dengan kamu. Kamu menerimaku apa adanya, bukan sebaliknya. Kepalaku seolah membesar, hampir meledak. Pada setiap langkahku, aku selalu memikirkanmu. Tapi, mengeluh karena jauh darimu adalah sia-sia. Aku jauh demi kita juga, demi masa depan kita. Tidak hanya berjuang buat aku seorang, buat kamu juga sayang. Aku disini terus berdoa, agar kita bisa satu melestarikan umat kita. Hidup bersama lalu berkembang bersama.
      Istilah bahwa besar gajah dihadapan tidak nampak, tapi besar semut nan jauh disana nyata terlihat benar adanya. Disini banyak yang cantik, tapi siapa yang bisa ngalahin kamu? Jawabannya tidak ada. Sejauh kakiku melangkah, kamu tetap berada dalam dekapku.
      El, aku tidak tahu batas kerinduan ini seperti apa. Tapi temenku pernah bilang bahwa rindu itu tak berbatas. Suatu saat aku pasti menjemputmu dengan indah. Pada sebuah batas dimana kita bisa mencurahkan semua yang terpendam pada diri kita untuk dijadikan satu. Andai aku panjang tangan, akan kupeluk erat dirimu sekarang.

Oleh: Tambara Boyak, 20 thn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar