Selasa, 13 Agustus 2013

Dari Boyolali untuk Papua

Hari ini hari minggu,aku bangun sekitar jam lima pagi. Tidak seperti biasa karena pagi ini aku sudah terbangun disebuah kota dijawa tengah,bernama Boyolali. Disebuah rumah sederhana milik kawanku yang begitu mulia hatinya. Udara dingin cukup menusuk tulang membuat aku harus menyeduh Nescafe white ‘n cream. Semerbak bau kopi cream instan cukup semerbak memenuhi ruangan. Otak terasa segar dan nyawa yang sebelumnya mengawang dialam khayal imajinasi mimpi kini kembali berkumpul menjadi satu kesatuan.

Ini adalah rencana yang sudah 10 hari disusun oleh kawanku di Boyolali. Sebuah gerakan mulia ini telah menyebar dibeberapa kota besar di Indonesia. Gerakan pengumpulan buku layak pakai dan baca untuk Papua. Walaupun aku tinggal di Klaten aku merasa terketuk oleh gerakan yang dirancang oleh kawanku ini. Sebelum hari minggu ini aku sudah mengumpulkan beberapa paket buku disekitar tempat tinggalku. Aku juga menyumbangkan beberapa buku layak baca milikku dari jaman sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Berat masa buku yang aku panggul sangat terasa ringan karena semangatku yang cukup membara. Rasa simpatik yang begitu luar biasa dalam diriku untuk sadara kita di Papua. Disanalah tempat dengan presentase buta huruf sekitar 36,31% yang dinyatakan sebagai jumlah preentase terbesar di Indonesia. Sebagian mereka tidak mengenal sama sekali simbol muthakir yang digunakan sebagai standar baca internasional. Inilah keprihatinan yang tulus.

Tetes terakhir Nescafe white ‘n cream pagi ini telah masuk kedalam saluran pencernaan. Bersama kawan-kawan kita melangkah menuju jalanan utama kota Boyolali. Tak lupa sejumlah peralatan musik juga kita siapkan sebagai media amal kita kali ini. Car free day serin orang menyebutnya,karena memang pada jam tersebut jalanan harus steril dari kendaraan bermotor. Musik yang kita suguhkan cukup menarik minat warga yang sedang berekreasi di pagi hari ini. Walaupun sebenarnya ada permasalahna tentang tenaga listrik akhirnya ada sebuah lembaga pemerintahan dengan sukarela memberikan sumbangan berupa tenaga listrik dari rumah tangga lembaga tersebut.

Hingar bingar kami diantara lalu-lalang warga cukup berefek,dalam waktu dua jam satu mobil minibus telah terisi penuh dengan sejumlah banyak donasi buku yang dengan ikhlas mereka hibahkan untuk papua. Ditambah dengan sejumlah uang dari warga yang kebetulan melihat aksi kami. Kami sangat bahagia atas capaian ini,rencananya buku yang kami kumpulkan akan kami kirim ke Nabire. Semoga apa yang kita lakukan ini sedikit membantu bagi peningkatan daya baca di Papua. Ayo,kalau kami bisa seharusnya kalian juga bisa kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar